Umsida.ac.id – “Negara Kesatuan Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu hukum, bukan milik suatu adat istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke,” tutur Komisaris Besar Polisi dari Direktorat Intelejen Keamanan (Dirintelkan) Kepolisian Daerah Jawa Timur, Slamet Hariyadi SIK MH MM, mencuplik pidato Bung Karno sebagai pembuka sesinya dalam forum Wawasan Kebangsaan Penutupan Fortama Universitas Muhammadiyah Sidorjo pada Minggu (27/9).
Melalui virtual Zoom Meetings, Kombes Pol Slamet, memaparkan materi mengenai Wawasan Kebangsaan dan Nusantara Guna Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air, Patrotisme, Nasionalisme, dan Bela Negara. “Dalam sejarah Indonesia tercatat bangsa Indonesia selalu dipelopori oleh para pemuda. Kita sebagai generasi muda harus tetap mempertahankan kemerdekaan ini dan mengisinya dengan hal-hal yang baik melalui peran masing-masing,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kombes Pol Slamet menjelaskan perihal tujuan dari wawasan kebangsaan. “Berdirinya negara yang kuat, bersatu, berdaya saing, dan sejahtera. Ini semua untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. Cara implementasi wawasan kebangsaan di antaranya yakni menghargai harga martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan dan mencintai tanah air dan bangsa,” paparnya.
“Adapun wawasan nusantara merupakan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengatasi terbentuk geografisnya berdasarkan pancasila dan UUD 1945, yang dalam pelaksanaannya mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai perbedaan untuk mencapai tujuan. Contoh sikap dan kegiatan bela negara, menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis, Mingkatkan iman dan takwa serta IPTEK, dan mematuhi hukum yang berlaku,” terangnya.
Kombes Pol Slamet juga menerangkan peran-peran mahasiswa Muhammadiyah dalam mengisi wawasan kebangsaan dan wawasan nusantara demi bela negara. “Mahasiswa harus bisa memahami sejarah dan peta politik global pandai menganalisis situasi,” tandasnya.
Serta, sambung Kombes Pol Slamet, tidak gegabah menyatakan pro dan kontra terhadap hal-hal baru. “Tidak mudah terprovokasi oleh informasi palsu atau hoax, dan harus menjadi manusia yang beakhlak mulia, bertakwa, berkribadian, taat hukum, kreatif, inovatif dan bijak bermedia sosial,” imbunya.
Kombes Pol Slamet berpesan mahasiswa harus melanjutkan apa yang sudah dimulai. “Mahasiswa harus berani berubah karena kebaikan. Harus bisa belajar dan berlatih sebagai wadah penanaman sikap dan mental terutama bagi gengerasi penerus yang ingin mengambil alih kepemimpinan. Sampaikan insipirasi kepada pemerintah dan sampaikan kritisi dengan cara yang baik,” tegasnya.
Ditulis : Sayidatunnisa
Edit : Etik Siswatiningrum